Proses pelapisan untuk kain berlapis PU dapat disesuaikan dengan berbagai cara untuk mencapai sifat spesifik yang diinginkan untuk aplikasi tertentu. Dengan memanipulasi faktor-faktor seperti jenis poliuretan yang digunakan, metode pengaplikasian, ketebalan lapisan, dan penambahan pengubah kimia, produsen dapat menyempurnakan kinerja kain dalam hal fleksibilitas, daya tahan, tekstur, ketahanan air, dan banyak lagi. . Berikut adalah cara-cara utama penyesuaian proses pelapisan:
1. Jenis Poliuretan (PU) Yang Digunakan
PU berbahan dasar poliester vs. PU berbahan dasar polieter:
PU berbahan dasar poliester cenderung lebih tahan lama, memiliki ketahanan abrasi yang lebih baik, namun lebih rentan terhadap hidrolisis (degradasi akibat paparan kelembapan). Hal ini membuatnya lebih cocok untuk aplikasi tugas berat seperti otomotif atau industri.
PU berbahan dasar polieter lebih tahan terhadap hidrolisis, sehingga ideal untuk perlengkapan luar ruangan atau produk yang terkena kelembapan (misalnya tenda, ransel). Umumnya lebih fleksibel dan lembut dibandingkan PU berbahan dasar poliester, sehingga memberikan kenyamanan lebih baik pada pakaian atau produk ringan.
Aditif dan Pengubah:
Aditif yang berbeda (misalnya, penghambat api, penstabil UV, atau pemlastis) dapat dicampur ke dalam formulasi poliuretan untuk menyesuaikan sifat akhir lapisan. Misalnya, penambahan penstabil UV akan meningkatkan ketahanan kain terhadap degradasi sinar matahari, sementara bahan penghambat api membuat bahan tersebut cocok untuk aplikasi tahan api.
2. Metode Pelapisan
Metode yang digunakan untuk mengaplikasikan lapisan poliuretan dapat mempengaruhi tekstur, ketebalan, dan sifat lain dari kain yang dilapisi:
Lapisan Celup:
Kain direndam dalam larutan poliuretan lalu ditarik keluar, sehingga lapisan dapat menempel pada permukaan kain. Metode ini dapat menghasilkan lapisan yang tipis dan seragam dan biasanya digunakan untuk produk yang perlu mempertahankan fleksibilitas sekaligus memberikan lapisan kedap air dan kelembutan dasar.
Lapisan Rol:
Metode ini melibatkan melewatkan kain melalui serangkaian rol yang mengaplikasikan lapisan poliuretan ke kain. Hal ini dapat dikontrol untuk mencapai ketebalan dan kehalusan yang tepat, yang berguna untuk mencapai hasil akhir yang mengkilap atau permukaan yang halus dan tahan lama. Roller coat biasanya digunakan untuk kain pelapis atau produk yang perlu menjaga kehalusan estetika.
Lapisan Semprot:
Aplikasi semprotan melibatkan penyemprotan poliuretan ke kain dalam kabut halus, yang memungkinkan ketebalan lebih bervariasi dan dapat menghasilkan hasil akhir bertekstur atau matte. Metode ini sering digunakan untuk produk yang memerlukan fleksibilitas lebih atau bila diperlukan lapisan tipis, seperti pada pakaian pelindung atau perlengkapan luar ruangan yang ringan.
Lapisan Busa:
Lapisan busa menggunakan lapisan poliuretan berbusa yang diaplikasikan pada kain. Busa dapat menghasilkan lapisan yang lebih lembut dan lentur, sehingga berguna untuk aplikasi yang membutuhkan kenyamanan dan sentuhan lembut, seperti kasur atau kantong tidur. Ini juga dapat meningkatkan sifat isolasi kain.
Kalender:
Kalender melibatkan melewatkan kain melalui serangkaian rol yang dipanaskan di bawah tekanan untuk mengaplikasikan lapisan. Metode ini sering digunakan untuk mendapatkan hasil akhir yang halus dan berkilau serta dapat menghasilkan material yang lebih kaku. Biasanya digunakan untuk aplikasi industri, seperti terpal, yang mengutamakan ketahanan dan ketahanan abrasi.
3. Ketebalan Lapisan
Lapisan Tipis:
Lapisan tipis (biasanya diaplikasikan menggunakan metode seperti lapisan celup atau semprot) ideal untuk aplikasi yang mengutamakan fleksibilitas, kelembutan, dan sirkulasi udara. Lapisan yang lebih tipis memungkinkan permeabilitas udara yang lebih besar, yang diinginkan pada pakaian luar ruangan, pakaian olahraga, dan tekstil medis yang mengutamakan sirkulasi udara.
Lapisan tipis juga dapat menghasilkan tampilan dan nuansa yang lebih alami, sehingga kain dapat mempertahankan tirai dan fleksibilitas aslinya.
Lapisan Tebal:
Lapisan yang lebih tebal memberikan ketahanan air, ketahanan abrasi, dan kekuatan struktural yang lebih besar. Ini ideal untuk aplikasi seperti perlengkapan luar ruangan (tenda, jas hujan), kain industri (terpal, sarung jok), dan pelapis otomotif yang mengutamakan ketahanan dan ketahanan terhadap keausan.
Lapisan yang lebih tebal dapat menghasilkan bahan yang kurang fleksibel dan kaku, sehingga kurang nyaman untuk aplikasi yang memerlukan kontak dekat dengan kulit.
4. Proses Pengeringan (Suhu dan Waktu)
Proses pengawetan (pemanasan kain setelah pelapisan diterapkan) juga dapat mempengaruhi sifat akhir secara signifikan Kain berlapis PU . Suhu dan durasi pengawetan menentukan tingkat ikatan silang pada poliuretan, yang berdampak pada kekuatan, daya tahan, dan elastisitas lapisan.
Suhu pengeringan yang lebih tinggi dan waktu pengeringan yang lebih lama biasanya menghasilkan lapisan yang lebih keras dan tahan lama, sehingga bermanfaat untuk aplikasi tugas berat.
Suhu pengeringan yang lebih rendah atau waktu pengeringan yang lebih singkat menghasilkan lapisan yang lebih lembut dan fleksibel, sehingga lebih baik untuk produk yang memerlukan kenyamanan dan mobilitas, seperti pakaian atau tekstil medis.
5. Tekstur Permukaan (Matte, Glossy, Bertekstur, Halus)
Hasil Akhir Halus atau Mengkilap:
Dicapai melalui metode seperti pelapisan rol atau penanggalan, hasil akhir yang halus atau mengkilap memberikan tampilan estetis dan bersih pada kain. Pembersihan dan perawatannya juga lebih mudah, sehingga ideal untuk aplikasi seperti sarung jok atau pelapis jok otomotif.
Hasil akhir yang mengkilap juga cenderung memberikan permukaan yang licin sehingga dapat membuat bahan lebih tahan terhadap kotoran dan noda.
Selesai Bertekstur atau Matte:
Hasil akhir bertekstur atau matte dapat dibuat menggunakan teknik seperti pelapisan semprot atau dengan mengubah formulasi pelapis untuk menciptakan permukaan yang lebih halus dan tampak alami. Jenis hasil akhir ini diinginkan dalam mode dan perabotan, yang mengutamakan estetika dan kesan alami.
Hasil akhir matte atau bertekstur juga dapat meningkatkan daya cengkeram material, sehingga lebih cocok untuk aplikasi seperti perlengkapan olahraga atau pakaian pelindung.
6. Menambahkan Properti Fungsional
Tahan air:
Dengan menyesuaikan ketebalan lapisan PU dan menggunakan formulasi kimia tertentu, produsen dapat meningkatkan ketahanan kain terhadap air. Hal ini sering kali dicapai dengan menggunakan lapisan PU hidrofobik, menjadikan kain ini ideal untuk perlengkapan luar ruangan seperti jas hujan, tenda, dan tas.
Pernapasan:
Untuk membuat kain berlapis PU lebih bernapas, produsen dapat menyesuaikan porositas lapisan atau memasukkan perforasi mikro. Hal ini memungkinkan uap air keluar sambil tetap mempertahankan ketahanan air, yang penting untuk produk seperti pakaian atletik, pakaian olahraga, atau pakaian medis yang memerlukan kontrol kelembapan dan kenyamanan.
Ketahanan Api:
Penambahan bahan penghambat api pada lapisan PU dapat membuat kain tahan api sehingga cocok digunakan pada pakaian pelindung, tenda tahan api, dan pakaian kerja.
Sifat Antimikroba:
Penambahan zat antimikroba pada lapisan PU dapat membuat kain tahan terhadap pertumbuhan bakteri. Hal ini sangat berguna dalam aplikasi seperti tekstil medis, kantong tidur, atau pakaian atletik yang mengutamakan kebersihan dan pengendalian bau.
7. Perawatan Permukaan Setelah Pelapisan (Penyesuaian Pasca Pelapisan)
Mengembos atau Mencetak:
Setelah lapisan PU diaplikasikan, produsen dapat membuat emboss atau mencetak kain untuk membuat pola, logo, atau tekstur tertentu. Hal ini dapat berguna dalam fashion dan branding, dimana kain memerlukan fungsionalitas dan penampilan yang khas.
Pelapisan dengan Lapisan Tambahan:
Terkadang lapisan kedua poliuretan atau polimer lain diterapkan untuk meningkatkan sifat tertentu seperti kekuatan atau kedap air. Hal ini dapat meningkatkan kinerja kain secara keseluruhan, sehingga lebih cocok untuk aplikasi berat seperti lingkungan kelautan atau pakaian kerja tugas berat.